Menjelang Pagi yang Berantakan

Seperti biasa, tiba-tiba ingin ngeblok. Tanpa alasan yang jelas, sekadar mengusir rasa bosan di akhir jam kerja. Terus terang, belum ada ide. Kubuka-buka file-file foto di dalam komputer jinjing. Akhirnya dapat satu foto, mungkin sebulan yang lalu kudapatkan gambar itu, foto situasi pagi di sebuah stasiun kereta rel listrik (KRL). Gambar itu kuambil saat salah satu jalur KRL mengalami gangguan sinyal.
Seingatku Stasiun Pasar Minggu-Universitas Indonesia yang terganggu sinyalnya. Jadi, tiap orang pengguna jasa kereta rel listik pagi itu, benar-benar kecewa karena kendaraan tercinta terlambat berangkat. Tak tanggung-tanggung, setiap unit KRL bisa berhenti di tiap stasiun selama satu jam. Padahal, perjalanan masih sangat jauh, Bogor-Jakarta, masih banyak stasiun yang harus disinggahi.

Pagi yang berantakan. Tiap orang mencaci, minimal dalam hati. Kutahu hal itu dari kegusaran tiap-tiap pekerja kantor yang lelah menunggu. Ya, kesabaran yang dibuat-buat. Semua tercermin di raut wajah mereka yang masam berkeringat. Puntung rokok berserakan dimana-mana, benda berasap yang menemani para lelaki mengusir kegelisahan karena terlambat kerja. Yang jelas, sesampai kantor, bos mereka pasti marah, tanpa menanyakan sebab keterlambatan. Para penumpang yang gelisah hanya keluar-masuk KRL yang penuh sesak, pengap, bau, sekadar memastikan pengumuman pemberangkatan dari pengeras suara memang benar adanya.

Dua jam menunggu pemberangkatan, sama sekali bukan waktu yang singkat. Benar saja, beberapa orang memutuskan untuk bolos, tak masuk kerja. "Daripada nyampe kantor jam dua siang, mending pulang," ungkap salah satu penumpang setia KRL. Ada yang bolos, tapi banyak yang memutuskan meneruskan perjalanan ke kantor. "Mateng, mateng deh," putusnya. Canda tawa kerap mewarnai seloroh para penumpang yang habis kesabarannya. Humor, gurau, banyolan, adalah dewa penyelamat dalam situasi berantakan ini. Betapa tidak, jika kesabaran itu dibuat persamaan Fisika dasar, menjadi F1=F2, maka emosi para penumpang itu kira-kira F1><F2 (F1= gaya yang diberikan, F2= gaya yang diterima). Sebuah lawakan basi diperlukan untuk menyeimbangkan gaya yang diberikan supaya bobotnya sama dengan gaya yang diterima. Jika tidak, niscaya, hanya kekacauan yang akan terjadi di tiap gerbong kereta berkarat itu.

Tapi, dari pagi yang berantakan itu, ada satu pelajaran yang kira-kira bisa dipetik. Biasanya, KRL terbagi menjadi beberapa kelas berdasar pada fasilitas yang diperoleh, misalnya kelas ekonomi, ekonomi AC, dan ekspres. Namun, sekali jalur KRL mengalami gangguan persinyalan, maka, tak ada gunanya perbedaan fasilitas dari kelas-kelas itu. Gangguan sinyal datang, semua penumpang telat, titik. Keterlambatan yang mengingatkan bahwa gerbong-gerbong kereta itu bernasib sama, meski fasilitas atau kelasnya berbeda. Semua sama-sama terlambat masuk kerja. []

   


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar