Turis Semiran


Akhir-akhir ini pemerintah menargetkan jumlah turis yang datang berkunjung ke Indonesia bisa sampai tujuh juta orang. Tak hanya itu, segenap aparat dan pendukung program pemerintah diimbau untuk menjaga stabilitas keamanan nasional. Karena orang-orang yang datang ditengarai tak hanya datang untuk plesir. Seperti yang diungkapkan banyak ekonom dan birokrat, "orang-orang itu juga membawa modal untuk di tanam di dalam negeri."


Masuknya modal asing ke dalam negeri diharapkan mampu mendorong perekonomian nasional, pun pula, membuka lapangan pekerjaan baru. Harapan baru. Logikanya, kira-kira seperti ini:

Jika di suatu daerah, katakanlah Bogor, tahun 2009 jumlah penyemir sepatu berjumlah 200 orang. Kemudian, karena ada bantuan Usaha Kecil Menengah (UKM) hasil kerjasama antara Pemerintah dengan Bank Dunia untuk program pengentasan kemiskinan, maka pada tahun 2010 jumlah tukang semir di Bogor naik menjadi 400 orang. Badan Pusat statistik pun langsung mencatat hal tersebut sebagai angka sukses pemerintah di akhir tahun.  

Wah, dari 200 orang tukang semir menjadi 400 tukang semir, hebat. Karena berkurangnya pengangguran selalu dibayangkan sebagai tingkat atau angka perekonomian yang ikut bergerak naik. Hmm, benarkah? Mari kita lihat.

Jika pada tahun 2009 tukang semir sepatu sebanyak 200 orang sedari pagi sampai malam berjalan dari satu terminal bis ke stasiun kereta, bolak-balik, hanya mendapatkan 5 pasang sepatu untuk disemir, atau paling banter 7 orang pelanggan fanatis, dengan ongkos semir Rp.3000,- per pasang sepatu, maka berapa pasang sepatu yang bisa didapatkan lagi ketika pada tahun berikutnya jumlah tukang semir mendadak naik dua kali-tiga kali lipat, sedangkan jumlah sepatu yang disemir tidak juga bertambah?

Namun Badan Pusat Statistik terlanjur mencatat hal itu sebagai angka kenaikan perekonomian, angka sukses. Berkurangnya pengangguran selalu disamaartikan atau menjadi indikator naiknya perekonomian. Lantas, apa yang salah?

Tidak, praktis tidak ada yang salah. Karena seluruh pengurus publik di negeri ini sudah memiliki satuan kerja super canggih yang bekerja 24 jam non stop mendeteksi dimana letak berkumpulnya orang-orang tak berpendidikan, tak berpenghasilan, termasuk tempat pariwisata yang bisa dijual dan sebagainya. Karena dengan begitu, bisa mendatangkan modal asing untuk terus meningkatkan perekonomian nasional. Meningkatkan perekonomian para penyemir sepatu di Kota Bogor nan sejuk dan indah. Jadi, para turis yang mau datang silahkan datang saja, ikut meramaikan suasana, dan yang penting, tolong mampir dulu ke terminal-terminal terdekat untuk disemir sepatunya, jadi "Turis Semiran". He.. he.. he... []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar